Senin, 22 Juli 2013

Pernikahan dan Keluarga Kristen : "Cerai ! bolehkah ?"



PERNIKAHAN DAN KELUARGA KRISTEN : “ CERAI ! BOLEHKAH ? “
“Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya. Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak “ ( 1 Korintus 7:1-5 )

Apa jalan keluar terbaik bagi pasangan suami istri yang konfliknya sudah memuncak ? Firman Tuhan dalam Matius 19:6 “….mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia “ ( Mat 19:6).
Kalau begitu tidak perlu menikah, hidup bersama saja tanpa ikatan perkawinan, tanpa komitmen. Gaya hidup seperti ini tidak sesuai dengan firman Tuhan. Di mata Tuhan adalah dosa. Rasul Paulus berkata, daripada jatuh dalam dosa, lebih baik menikah ( Bdk 1 Kor 7:2 ).
Ingatkah dulu waktu anda belum punya pacar, setiap hari khawatir kapan mendapat pacar ? Waktu anda sedang pacaran, anda selalu mennatikan kabar dari dia dan hati anda selalu berbunga-bunga. Anda selalu menantikan saat bertemu si dia.
Lalu setelah menikah, masakan anda berkata : “ Ia sudah terlalu menyakiti hatiku. Aku tak tahan lagi hidup bersama dia. Aku mau cerai saja ! “
Siapa yang berhak memutuskan ikatan perkawinan ? Suami ? Atau istri ? Tidak ada! Tak ada satupun manusia yang berhak memutuskan ikatan perjanjian perkawinan. Rasul Paulus dalam 1 Kor 7:5 dengan tegas menulis, “ Janganlah kamu saling menjauhi,….” Tentunya hal ini berlaku untuk pasangan yang diberkati di gereja yaitu bagi suami dan istri yang sudah mengucapkan janji pernikahan di hadapan Allah dan di hadapan jemaat.
Pernikahan kudus adalah ikatan perjanjian ( covenant ) seperti perjanjian Allah dengan umat-Nya. Salah satu penyataan Allah kepada umat Israel adalah “ Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku “ ( Yes 43:1 ).
Hanya oleh karena anugerah-Nya pasangan suami istri (pasutri) dapat saling memberi diri, saling menerima apa adanya, saling mengampuni, dan saling menguduskan. Kalau anda sedang mengalami konflik dengan pasangan hidup anda, berdoalah ! Mintalah kasih setia Allah memenuhi kembali hati anda. Ingatlah Tuhan Yesus sudah memberi diri-Nya untuk anda dan pasangan hidup anda. Anda dan dia adalah satu di dalam Tuhan. Hai pasutri Kristen, janganlah sedetikpun berpikir untuk cerai. Tidak ada kata “cerai” dalam kamus pernikahan Kristen !
Pernikahan diciptakan sebagai hubungan yang permanen ( Bdk Kej 2;24, Mat 19:4). Alkitab juga berkata bahwa perceraian adalah dosa dan dibenci Tuhan ( Mal 2:16 ).
Cobalah kita baca dan renungkan ayat Firman Tuhan dibawah ini :
“Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel -- juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!” ( Maleakhi 2:16 )

Perceraian tidak berasal dari Allah dan tidak pernah direstui Allah baik melalui para nabi maupun melalui para rasul. Perceraian terjadi oleh buatan manusia dan karena kedegilan hati manusia. Umat Israel yang seharusnya menjadi teladan bagi bangsa-bangsa lain justru gagal dan meniru kebiasaan buruk dari bangsa kafir untuk mempraktekkan perceraian di tengah-tengah umat Israel. Tuhan Yesus sendiri melarang perceraian dan pernikahan kembali setelah perceraian.
Membuat pernikahan menjadi lebih baik itu berarti menjauhkan diri dari pemikiran perceraian dari setiap pasangan Kristen. Perceraian bukan jalan yang terbaik dalam pemecahan permasalahan suami istri, melainkan penyelesaian dengan cinta kasih dari Kristus, dengan perdamaian dan usaha keras dari pasutri untuk menjaga pernikahan. Suami-istri harus berusaha menyelamatkan pernikahan dengan sedalam-dalam dan sesempurnanya. Pernikahan yang tetap berdasarkan Firman Allah akan tetap diberkati Allah. Kasih, kesetiaan dan ketaatan terhadap Firman Allah akan melindungi pernikahan Kristen dari segala pengaruh buruk dan kehancuran dari dunia yang berdosa dimana orang percaya diutus. Oleh sebab itu keluarga Kristen harus menolak perceraian dan pernikahan kembali.

Hidup Berpengharapan Di tengah Masa Sulit



 “HIDUP BERPENGHARAPAN DI TENGAH MASA SULIT
Renungan Firman Tuhan : 1 Petrus 1: 3-12 :”Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api -- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu.Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.

            Apakah hidup kita sekarang lebih baik daripada dulu ? Belum tentu,sekalipun kita hidup dengan teknologi dan ilmu pengetahuan yang telah mengalami kemajuan luar biasa.Kenyataannya manusia masih menghadapi pelbagai problema yang tidak ringan bahkan tidak sedikit yang tak terpecahkan.Kelaparan,kemiskinan,peperangan,bencana alam dan masalah kemanusiaan masih menjadi wajah kehidupan dunia saat ini. Begitu banyak tragedi tak terhindarkan yang merenggut kehidupan dan membuat pedih hati kita.Adakah iman kristiani kita dapat menjadi landasan kokoh untuk kita dapat bertahan di tengah tragedi kehidupan ini ? Masih adakah pengharapan yang dapat dibagikan di tengah dunia yang menderita ini ? Bahan renungan Firman Tuhan kita hari ini memberikan inspirasi.motivasi dan kekuatan disaat-saat berat dan masa-masa sulit.
  1. HIDUP BARU : Adalah alasan pertama untuk hidup yang berpengharapan.Terpujilah Tuhan yang telah menganugerahkan kehidupan baru bagi kita.Hidup baru adalah awal dari hidup yang mengalami keselamatan di dalam Kristus. Ini adalah kasih karunia dan anugerah Allah.Buah dari hidup baru itu adalah : kita memiliki hidup yang berpengharapan,warisan yang tidak dapat diambil dari kita,dan jaminan atas keselamatan kekal.Oleh karena itu kita ada dalam pemeliharaan Tuhan hingga akhir jaman. Abadi dan kekal.
  1. TUHAN MEMPUNYAI MAKSUD DENGAN PENCOBAAN YANG KITA ALAMI. Di ayat 1 Petrus 1: 6,kita memiliki dua kata yang kontras yaitu bergembiralah dan pencobaan.Kegembiraan orang Kristen umat yang percaya tidak tergantung pada situasi dan kondisi di sekitarnya.Hal yang menguatkan di tengah pencobaan kita adalah bahwa semua itu bersifat sementara.Semua itu terjadi untuk sebuah alas an,yakni untuk kebaikan kita.Iman kita akan teruji dan membuat kita sangat bernilai bagi kemuliaan Tuhan.Hidup dengan cara Tuhan pada masa-masa sulit adalah sebuah tantangan. Akan tetapi tantangan itu menjadi ringan karena berbagai berkat yang disediakan Tuhan Allah akan menguatkan kita..
Soli Deo Gloria

Sabtu, 20 Juli 2013

Kesaksiaan




KESAKSIAN BUDDHIST (BUDHA) MASUK KRISTEN : “IBU YEH”

( Diceritakan oleh : Pdt. I.M. Nordmo, Pemberita Injil di Tiongkok Utara)


Ibu Yeh dan suaminya adalah tokoh pimpinan agama Budha. Keduanya sangat menguasai agama itu, bahkan belum ada duanya yang dapat menguasai agama semacam itu saat itu. Selain itu mereka juga sangat setia dan melaksanakan dengan benar ajaran agama itu. Agama Budha telah mereka jalani selama bertahun-tahun. Untuk keahlian mereka ini mereka lalu diangkat menjadi pimpinan agama dan berkedudukan sebagai pemuka bagian dalam (orang-orang yang penting). Keduanya bercita-cita ingin mencapai tingkat kebahagiaan dunia yang setinggi-tingginya, dan menurut janji agama untuk mencapai tujuan itu, mereka tidak boleh lalai menjalankan syarat agama yaitu dengan mantera dan sedekah.
Suatu ketika, masyarakat digemparkan oleh adanya sesuatu yang belum pernah mereka lihat. Sebuah kemah didirikan di depan sebuah Kelenteng. Orang-orang kampung segera meninggalkan pekerjannya dan menuju tempat itu. Mereka ingin tahu apa isi kemah itu. Biasanya kemah semacam itu berisi macam-macam binatang untuk pertunjukkkan sirkus. Namun kemah yang satu ini nampaknya lain sekali. Dalam kemah tidak ada binatangnya. Yang ada adalah gambar-gambar yang dipasang di dinding kemah. Diatas kemah ada bendera putih yang bertuliskan “ KEMAH KABAR KESUKAAN”. Pengunjung ingin mengetahui apa arti dari tulisan ini ? Pastilah ada arti yang sangat istimewa, mereka segera berjejal masuk mengamati lebih dekat poster bergambar yang tergantung di dinding itu. Orang yang dapat membaca menjelaskan kepada orang-orang yang tidak tahu membaca, bahwa gambar itu adalah lambang kuasa dosa dan kegelapan atas manusia. Gambar lain adalah lukisan orang yang disebut Yesus. Dan Yesus adalah satu-satunya orang yang dapat membebaskan manusia dari belenggu dosa. Yesus adalah anak Allah sedangkan orang yang mengajar di dalam kemah menjelaskan tentang kuasa Yesus yang agung dan besar. Orang yang memberi penjelasan ini disebut “ Pekabar Injil”.
Kini orang-orang yang berkerumun di depan kemah dipersilahkan masuk, mereka akan diberi penjelasan lebih lanjut tentang Yesus oleh si Pekabar Injil. Diantara orang-orang yang duduk di dalam kemah terdapat ibu Yeh. Ibu Yeh berusaha menyembunyikan dirinya agar tidak ketahuan orang-orang yang dikenalnya. Betapa malunya kalau ia sampai ketahuan, bukankah masyarakat selama ini mengenalnya sebagai pemimpin yang sangat dikagumi masyarakat ? Ia sengaja duduk diantara petani-petani yang miskin, karena mereka kebanyakan tidak mengenal siapa ibu Yeh itu. Dan ia akan merasa aman kalau orang-orang itu tidak mengenalnya. Selama satu jam ia duduk di bangku yang keras dan mendengarkan kotbah sang Penginjil, betapa ia merasa sangat bodoh, ketika ia mendengar sang Penginjil menjelaskan tentang kesia-siaan kalau mereka meneruskan penyembahan mereka kepada dewa-dewa. Dengan berani Penginjil menjelaskan bahwa dewa-dewa adalah buatan manusia, tidak dapat makan, minum dan bicara, karena ia cuma patung. Sedang para imam mencari kesempatan untuk menambunkan perut mereka melalui persembahan-persembahan rakyat.
“Bohong !” teriak hati ibu Yeh, ia marah sekali mendengar tuduhan Penginjil itu. Ibu Yeh berusaha menekan kemarahannya, bibirnya gemetar, tak tahan ia terlalu lama duduk di tempat itu. Heran, mengapa Penginjil itu berkata sebodoh itu, ia toh sama dengan dia satu bangsa yaitu ia seorang Tionghoa. Mengapa ia tak bisa menghargai hal-hal yang baik dari sang Budha ? Ah..biar saja Budha menghukum dia, kata ibu Yeh dalam hati. Selama kebaktian berlangsung ia terus berdoa kepada sang Budha, ia berdoa agar Penginjil yang sembrono itu mendapat kutukan dan hukuman dari sang Budha, juga para dewa. Pastilah Penginjil itu sedang mabuk oleh obat orang asing itu, oleh karena itu perkataannya bagai orang yang tengah kehilangan ingatan.
Tanpa memperdulikan perasaan ibu Yeh, Penginjil terus saja berkotbah : “ Saudara-saudara, kehidupan saya tidak kukuh sebelum bertemu dengan Tuhan Yesus, sama dengan saudara-saudara saat ini”. Agama Budha memberi pelajaran, bahwa hati manusia tidak seburuk yang sebenarnya, kehidupan ini dapat kita hias, sehingga di waktu mendatang dalam kehidupan lain kita akan mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dan lebih baik. Namun saudara-saudara harus tahu semua pelajaran ini cuma semu dan tipuan, pelajaran ini membuat orang terlena dalam dosa-dosanya. Ketika saya percaya Yesus, kepercaaan saya yang lama habis terbakar bagai jerami kering yang dimakan habis oleh api cinta kasih Yesus. Ibu Yeh tahu benar apa arti dari kiasan yang dibawakan oleh pekabar Injil itu. Ia memakai jerami untuk memanaskan ruang tempat tidurnya apabila musim dingin tiba. Benarkah kepercayaannya dan agamanya dapat terbakar bagai jerami kering? Ia menjadi kecil hati, hal ini tak boleh jadi, kata ibu Yeh dalam hatinya.
“Kita harus diperbaharui oleh kuasa Roh Allah”. Tsao nama penginjil itu memperhatikan semua yang hadir lalu ia meneruskan khotbahnya, “ Jangan saudara-saudara membiarkan kehidupan yang lama berkembang tanpa tujuan “.“ Uh..apa itu hati yang baru ?” tanya ibu Yeh dalam hati. Barangkali benar kata pimpinan agama Budha, orang kulit putih itu telah membujuk orang-orang supaya masuk ke dalam bilik orang kulit putih, lalu hati mereka diambil dan diganti dengan hati si kulit putih. Orang kulit putih itu telah mengambil hati orang-orang Tionghoa untuk obat. Mereka pandai menyihir orang sehingga banyak orang Tionghoa mengikuti kemauan orang kulit putih, meraka diajak masuk bilik orang kulit putih kemudian disihirnya mereka, tanpa sadar mereka dijadikan umpan pembedahan agar hati mereka bisa diambil dan diganti dengan hati yang baru yaitu hati sikulit putih. Dan ketika mereka sadar kembali, mereka telah mempunyai hati yang baru, lalu mereka menjadi penganut agama asing. Ini tidak mengherankan, karena hati mereka telah diganti tanpa sadar.
Selesai kebaktian orang banyakpun pulang ke rumah mereka masing-masing. Keadaan mereka tidak menentu. Ada yang kurang bereaksi, ada yang marah-marah. Namun tak sedikit juga yang lalu memberikan respon secara positif, mereka lalu menghubungi Penginjil minta penjelasan lebih lanjut tentang khotbah pak Penginjil. Lalu orang-orang yang tak senang mendengarkan uraian si Penginjil bermusyawarah akan mencegah kebaktian secara bersama-sama.
Sikap ibu Yeh juga sama dengan penentang-penentang lainnya. Ibu Yeh merasa dewa-dewa mereka telah dihina secara terang-terangan oleh si Penginjil.Namun juga tak bisa disembunyikan ada peperangan kini dalam hatinya, seolah-olah suatu kebenaran telah menyelinap dalam sanubarinya. Perkataan Penginjil itu terus terngiang-ngiang di telingannya. Apa sebenarnya yang tengah terjadi ? Kekuasaan sang Budha yang terpukul atau kenangan itu memberi peringatan pada dirinya ? Ia tak boleh lemah dan menyerah pada pencobaan. Kalau ia menyerah, nama yang selama ini dikagumi masyarakat, akan musnah. Bahkan untuk masa mendatang ia tak akan lagi punya nama besar di mata masyarakat.
Ibu Yeh tidak mempunyai anak, bertahun-tahun ia dan suaminya berdoa kepada dewa-dewa agar dikaruniai seorang anak lelaki, namun doanya tidak pernah dijawab. Bahkan bertahun-tahun suaminya bertapa minta kepada dewa kemakmuran, seorang anak lelaki, namun dewa kemakmuran juga agaknya kurang mendengar permintaan kedua suami istri.
Salahkah doa mereka ataukah kurang persembahan yang disajikan pada dewa-dewa itu, sehingga dewa-dewa tetap membisu dan tidak memberikan jawaban atas doa-doa mereka ? Kalau begitu betulkah kata sang Penginjil dalam renungannya kemarin, bahwa dewa-dewa itu buatan manusia, terbuat dari batu atau kayu dan tak akan mungkin mereka bisa menjawab persoalan mereka ?.
Ibu Yeh mulai ragu-ragu, ia merasa benar-benar sial, mana yang harus dipercaya sekarang? Malam itu ibu Yeh tak bisa tidur, berkali-kali ia membolak-balikkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan secara terus bergantian, ia nampak sangat gelisah. Kata-kata si Pengkhotbah terus mendengung dan tak mau berakhir. Suami ibu Yeh masih terus mendengkur tak tahu akan pergumulan istrinya. Dan ketika suaminya menarik nafas tinggi, ia tak tahan lagi, ia tak mau membiarkan pikirannya terus kacau. Ia bangun dan mengguncang tubuh suaminya sambil terus membaca mantera untuk melenyapkan kegelisahan hatinya, ia menunggu sampai suaminya terbangun.
“Tadi siang aku pergi ke kemah. Disana diceritakan tentang Yesus yang katanya Anak Allah. Dia katanya satu-satunya jalan keselamatan yang dapat menyelamatkan manusia dari segala dosa. Kalau kita tidak berhenti menyembah berhala serta tidak menerima Yesus sebagai Juru Selamat, maka kita akan masuk neraka selama-lamanya dan berkumpul dengan Iblis, kata-kata ini tidak dapat kuenyahkan dari pikiranku, selalu saja mendengung di telingaku, aku tak bisa tidur, kalau…..”
“Tidak ! Suaminya tersentak dari tidurnya dan merasa terganggu ocehan istrinya, matanya menyala-nyala dan wajahnya merah, kata-kata yang kasar menluncur dari mulutnya, sehingga ibu Yeh merasa takut kepada suaminya “. Hem..jadi kau telah mendengar banyak pelajaran orang asing terkutuk itu ya, itu pelajaran palsu dan penuh tipu muslihat, pelajaran menghina dewa-dewa keluarga kita. Ini sangat merusak bangsa Tionghoa , membunuh iman anak-anak. Orang dewasa terjebak dengan jerat orang putih, mereka akan diperbudak dan harus mematuhi semua perintah orang putih. Awas jangan kau ke sana lagi, Allah yang mereka ajarkan tidak sesuai dengan kebudayaan kita bangsa Tionghoa”.
Ibu Yeh membantah : “Tapi aku tak melihat orang kulit putih di sana, hanya ada orang Tionghoa yang berkata-kata tentang Yesus, malah orang itu tetangga kita sendiri yang datang dari kota Shangsien wilayah Shanyang. Semua penuh kebahagiaan, barangkali dalam agama kita ada kesalahan “.
“ Ah..sudah, jangan ngoceh tak karuan”.”Aku Cuma berpikir dan mempelajari kebenaran kata-kata Tsao si Penginjil itu. Ia juga menyinggung tentang penyiksaan diri, katanya tak ada gunanya menyiksa diri semacam itu. Dalam Kristus ada damai yang membuat manusia bahagia” Yeh yang tak mau lagi mendengar ocehan istrinya cepat menyambung mimpinya, ia mendengkur dengan keras.
Fajar mulai menyingsing dari sebelah Timur, angin berhembus menyentuh dedaunan menyajikan bunyi musik alami yang meninabobokkan manusia yang terlena dalam buaiannya, sampai sentakan sinar surya lembut membangunkan insan yang tengah teruai menyadarinya ditambah riuhnya ayam jantan memberikan sahutan agar manusia terjaga dan menunaikan kewajibannya, namun ibu Yeh yang tak bisa memicingkan matanya semalam-malaman justru baru terlena pagi itu.
Suaminya memberi peringatan sedikit keras, agar ia tidak lagi mengulang pergi ke tempat si Penginjil, nalurinya justru medorong ia agar ia berjalan ke tempat itu. Dan keesokan harinyapun ia juga telah duduk di bangku yang keras untuk mendengarkan kotbah Tsao (si Penginjil). Batu yang keras itu tengah ditempa Allah, Roh Kudus terus bekerja mengikis kekerasan hati ibu Yeh. Setelah beberapa kali ia mengikuti khotbah Penginjil itu, ia merasa bahwa ialah manusia paling berdosa yang justru sangat membutuhkan belas kasihan Allah, agar dirinya diselamatkan Allah. Dan sadar bahwa ia akan binasa kalau ia tidak bertobat. Bertahun-tahun ia mengabdikan diri pada berhala, beribu-ribu mantera telah dihafal, ketekunannya terhadap ajaran filsafat Budha dan janji-janji tentang jalan kehidupan yang telah diucapkan tidak dapat dilemparkan begitu saja dari dirinya. Berminggu-minggu ia mengalami peperangan bathin, baru kemudian ia mengambil langkah positif untuk percaya pada Yesus.
Pada suatu sore yang indah tokoh Budha ini akhirnya menyerahkan diri dibawah kaki Kristus dalam suatu kebaktian. Malaikat di sorga bersukacita dengan adanya satu jiwa yang bertobat. Pertobatan ini menggemparkan penduduk sekitarnya.Mereka heran bagaimana mungkin tokoh Budha ini dapat menyangkali agamanya. Suami ibu Yeh malu sekali. Namun dengan penuh kerendahan hati dan sabar Ibu Yeh tetap memohon suaminya mau meninggalkan berhalanya dan datang ke kaki Kristus. Ia mengingatkan suaminya, selama mereka mengabdi kepada berhala, kehidupan mereka benar-benar muram. Dengan suara keras suaminya menolak ajakan istrinya. Ia sadar hati istrinya telah diganti dengan hati orang kulit putih. Hati agama Budha yang baik disingkirkan, sehingga pendapatnya bahwa istrinya kini bukan lagi orang Tionghoa.
Istrinya mengatakan bahwa meja perjamuan yang terbuat dari kayu yang indah itu harus dibuang, kalau itu dibuang, siapa yang akan melindungi mereka dari serangan serigala, harimau dan bermacam-macam penyakit? Pastilah dewa akan murka dan menghukum mereka, ladang akan dibakar dan ayam mereka tidak akan bertelur lagi dan lembu mereka akan mati semua, apa lagi nasib babinya nanti. Padahal babi itu menjadi kebanggaan keluarga. Begitu takutnya suami ibu Yeh, ia takut akan malapetaka yang menimpa keluarganya karena menyangkali dewa-dewa.
Suami ibu Yeh juga bergumul, selama ini mereka tidak dikaruniai seorang anak. Lagi pula di mata orang Tionghoa tidak mempunyai anak menjadi cela yang besar, apa lagi saat istrinya menjadi kacau pikirannya (hilang ingatan) inilah karena hati istrinya telah diganti oleh si kulit putih dengan sihirnya yang ajaib itu. Rasanya ingin ia menyiksa istrinya agar istrinya ingat kembali. Namun ia tak sampai hati melakukan tindakan yang keji terhadap istrinya. Selama ini istrinya sangat baik terhadap dia dan tak pernah dikecewakannya. Cuma saja istrinya tak dapat memberinya anak laki-laki sebagai penerus keluarga. Tak ada jalan lain bagi suami ibu Yeh, ia harus bersabar dan menunggu saja apa yang bakal terjadi.
Tiga bulan lamanya masing-masing melakukan ibadah sendiri-sendiri. Suami ibu Yeh tetap memuja berhalanya, sedang ibu Yeh dengan tekun beribadah kepada Allah Juruselamatnya. Suaminya merasa aneh melihat cara istrinya memuja Allahnya. Tak ada kertas-kertas yang dibakar, tak ada sesajen disediakan, tak ada kemenyan yang dibakar bagi dewa-dewa.,juga tak terdengar mantera-mantera yang diucapkan ataupun dihafal. Kalau ia memuja Allah ia cuma berlutut dan menangis, namun setelah itu wajahnya menjadi cerah sekali. Aneh ia berdoa sambil menangis padahal tak ada yang disusahkan juga tidak ada kemarahan. Suatu hari di rumah ibu Yeh terjadi keributan, karena babi kesayangan mereka telah menghilang.
“Babi kita diterkam serigala “kata suami ibu Yeh panik. Ibu Yeh hanya tersenyum melihat tingkah suaminya, “masakan bisa babi itu diterkam serigala. Kan sudah dijaga dengan ketat oleh dewa-dewa itu “goda istrinya”. Suaminya terdiam, kata-kata istrinya ini cukup menepelak dia, ia menahan kemarahannya. Ia benar-benar merasa tersudut dan untuk menghilangkan kejengkelan hatinya ia pergi keluar rumah dan berjalan semaunya tanpa arah tujuan. Sore hari ia pulang dengan lesu. Panas hatinya mulai mereda. Ia melangkahkan kakinya menuju meja kecil tempat dewa tanah bersemayam. Ia malu sekali dewanya dihina oleh istrinya sendiri. Apa yang harus dibuat untuk membalaskan sakit hati dewanya terhadap kelakuan istrinya ini ? Ia menatap patung dewanya yang tak bergerak itu, patung itu tetap diam dan tak memperdulikan kehadirannya. Kini terselip pertanyaan dalam hatinya, benarkah patung ini cuma buatan manusia ? Tiba-tiba ia tersentak bagai orang yang baru terbangun dari tidurnya. Bertahun-tahun ia membakar dupa dan kemenyan, dan puluhan tahun ia membakar kertas di muka dewa-dewa itu. Namun nampaknya semua yang pernah ia lakukan sia-sia saja. Dewa itu tetap membungkam dan tak pernah menjawab doa-doa mereka. Apa sebenarnya yang disebut kebenaran oleh istrinya ? Dimana dapat diperoleh kebenaran itu ? Dimana dapat diperoleh kebenaran itu ? Ah…ngelantur mengapa pikiran jadi mengarah kepertanyaan semacam itu. Jangan-jangan sihir si kulit putih telah mengenai dirinya.
Saat yang bersamaan istrinya tengah berlutut di meja sembahyangnya di dapur, ia tengah memohon kepada Allah Bapa di sorga agar suaminya juga bertobat dan percaya kepada Allahnya, selain pokok doa khusus itu ia juga berdoa agar babinya dikembalikan kepada mereka. Biarlah melalui hal ini suaminya dapat berlutut di bawah kaki Allah. Doa yang sederhana dan dipanjatkan dengan tulus ini menggerakkan hati Allah untuk segera bertindak. Selesai berdoa ia menyongsong suaminya dengan senyum kasih dan ramah.
“Besok pagi Allah akan mengembalikan babi kita” katanya tanpa ragu-ragu. Meskipun ia percaya akan kata-kata istrinya namun ia malu mengakuinya, ..”Ah..sudahlah bu, pikiranmu sudah kacau, lebih baik kau istirahat yang banyak biar pikiranmu tenang”. Ibu Yeh tak mau membantah perintah suaminya, ia pergi tidur, namun di tempat tidur ia tak putus-putusnya mengucap syukur kepada Bapanya di surga yang telah berkenan memberikan ketabahan iman kepadanya. Ketika fajar menyingsing, ibu Yeh terbangun lebih dahulu. Ia mendengar sesuatu di ladang, ya itulah suara babinya. Allah benar-benar menjawab doanya, tepat seperti janji-Nya bahwa pagi-pagi sekali babi itu akan kembali ke tempatnya. Ibu Yeh dengan tak sabar membangunkan suaminya, “ Ayo bangunlah ! Babi kita telah ada di ladang “. Suami yang belum bangun betul merasa terganggu dengan sikap istrinya ini tanpa menoleh ia membentak istrinya, “Tidurlah bu ! “Kau ini benar-benar sudah gila”.
“Ah..kamu, dengar dulu benar-benar, Allah telah mengirimkan babi kita”. Kini suaminya mencoba mendengarkan apa yang ada di ladang. Yah..nampaknya benar, ada suara seperti suara babi di ladangnya. “Rasanya tak mungkin, apakah babi kita tidak dimakan serigala ?” Tidak, Allah telah berjanji akan mengembalikan babi kita dalam keadaan baik”. Suami istri segera bangun dan bergegas keluar, mereka ingin melihat dari dekat keadaan babi mereka. Suaminya mendahului istrinya menuju tempat babi itu. Apa yang dilihat di depannya bukan suatu khayalan, benar babinya telah ada di sana dalam keadaan baik. Ketika ia memeriksa seluruh tubuh si babi, ia tak menemukan luka-luka besar bekas gigitan, hanya di bagian belakang telinga saja ada setitik darah, nampaknya cuma lecet sedikit bekas gigitan serigala, juga ada bekas gigitan di rahangnya. Melihat itu suami ibu Yeh mulai mengerti kebenaran kata-kata istrinya. Yesus yang disembah istrinya itu adalah Allah Yang Benar dan Maha Kuasa. Apalagi yang harus ia nantikan ? Kepercayaannya terhadap Allah istrinya mulai bertumbuh subur. Ia akan mengambil keputusan menjadi pengikut Kristus. Dewa-dewa yang lama tak boleh lagi bersemayam di hatinya, ia tak sudi lagi mempersembahkan apa-apa bagi dewa-dewa itu, ia sadar bahwa dewa-dewa itu cuma buatan manusia, dan tak punya kuasa apa-apa di hadapan Allah Yang Hidup.
Di pagi yang cerah nampak kedua suami istri itu tengah membuat api unggun di ladangnya. Sampah-sampah diangkut dari dalam pura dan semua berhala di taruh di atas sampah termasuk kertas-kertas sembahyang dan buku-buku Budha. Suami ibu Yeh sendiri membakar berhalanya, dengan demikian roh-roh jahat dalam rumahnya terusir. Kemenangan yang terjadi di bukit Golgota nampak agung dan mempengaruhi seluruh pendalaman Tiongkok setelah hal itu terjadi kurang lebih dua ribu tahun yang lalu.
Bekas pemuka agama Budha telah menjadi seorang Kristen yang saleh. Seumur hidupnya yang ada dipakai oleh Tuhan. Keduanya tak henti-hentinya menyaksikan nama Tuhan dan kuasa Tuhan Yesus diantara suku bangsa mereka. Banyak pengikut Budha bertobat melalui kesaksian kedua suami istri ini. Kurban kepada Allah dilakukan dengan tulus. Karena keduanya merasa betapa besar kasih Allah terhadap keduanya. Allah pun sangat mengasihi keduanya. Allah berkenan akan persembahan mereka. Teman-teman yang beragama Budha tak dapat mengingkari lagi akan perubahan yang terjadi dalam hidup mereka yang telah dilakukan oleh Tuhan.
Soli Deo Gloria

Sumber : Kesaksian dan pengalaman Pdt. I. M. Nordmo yang telah bertahun-tahun tinggal dan bekerja sebagai Pemberita Injil di Tiongkok Utara, Indonesia di Kalimantan Barat dan Pulau Bangka. Dalam rangka pelayanan Pendeta Nordmo ingin mengungkapkan melalui bukunya (“Roh-Roh Jahat Terusir”), apakah akibatnya bila orang dikuasai Iblis.Dari berbagai pengalamannya Pendeta Nordmo menjelaskan lebih dalam betapa sengsaranya seseorang yang diikat kuasa iblis itu. Namun anugerah Kristus yang penuh Kuasa dan Pengasih senantiasa mengejar orang berdosa, manusia yang mau percaya dan mau menyerahkan dirinya kepada Kasih Kristus secara mutlak mereka akan dibebaskan. ( Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia (YPPII) Departemen Literatur, Jl. Trunojoyo 2 Batu Malang-Jatim ).

Taurat dan Injil

TAURAT DAN INJIL
“Jadi bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain? Sama sekali tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa, seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak. Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah, kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, dan jalan damai tidak mereka kenal; rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu." Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa” ( Roma 3:9-20 )

Tidak ada seorang pun yang dapat menyatakan diri benar di hadapan Allah. Bukan berarti bahwa manusia tidak pernah melakukan yang benar. Namun kebenaran yang dilakukan manusia berdosa tidak dapat meraih perkenan Allah. Rasul Paulus menegaskan berulang-ulang bahwa semua orang telah berdosa ( Roma 3:10-12 ). Perhatikan pengulangan kata “tidak ada dan “semua”, dimana sampai lima kali terulang “tidak ada”, dan “semua” disela dua kali, yang menegaskan bahwa semua orang telah tercemar dosa.Dengan demikian Paulus sekali lagi menekankan kefasikan seluruh umat manusia (Bdk Roma 3:9). Bukan saja secara umum, tetapi secara individu juga. Paulus juga menggambarkan bahwa dari ujung rambut sampai ujung kaki manusia penuh dosa (Roma 3:13-15).Mulai dari kerongkongan, lidah, bibir,mulut, sampai kaki. Hati yang dicemari dosa ternyata mempengaruhi seluruh anggota tubuh manusia hingga tercemar juga. Ini memperlihatkan bahwa manusia , sebagai individu, juga berdosa dan tidak dapat menyatakan diri layak berhadapan dengan Allah. Tak hanya sampai disitu. Gambaran keberdosaan manusia itu dilanjutkan Paulus dalam Roma 3:16-18, dengan klimaks ketiadaan rasa takut akan Allah (Roma 3:18).
Taurat yang dibanggakan oleh orang Yahudi pun ternyata tidak membuat mereka hidup benar. Taurat sebagai standar kebenaran justru memperlihatkan bahwa tak satu orang pun yang dapat memenuhi Hukum Taurat secara sempurna sehingga dapat disebut benar dihadapan Allah. Alkitab menyaksikan melalui Rasul Paulus, bahwa hukum Taurat gagal dan memberikan jalan buntu untuk menyelamatkan dan memberikan hidup kekal kepada umat manusia karena ketidakberdayaan daging. Hukum Taurat berperan ganda, dimana disatu sisi hukum Taurat adalah baik, rohani dan kudus. Tetapi oleh karena manusia yang sudah berdosa dan ketidakberdayaan daging, kehadiran hukum Taurat justru menyuburkan dosa (menjadi sekutu dosa) laksana api yang diberikan Oksigen ( Bdk Roma 3:20).
Bila begitu sulit menjalankan hidup yang berkenan di mata Allah, bagaimana manusia dapat lepas dari kebinasaan kekal ? Hanya dengan Injil ! Ya, hanya Injillah yang diperlukan oleh orang berdosa yang hidup di bawah murka Allah agar dapat mencapai jalan menuju Allah. Bila Taurat memperlihatkan kegagalan manusia mencapai standar kebenaran Allah, maka Injil memberi jalan kepada kasih karunia Allah melalui Yesus Kristus.
Rasul Paulus menyatakan 2 hal mengenai Injil :

  1. Injil adalah “ kabar baik” tentang kemuliaan dan rahmat Allah yang inti isi beritanya adalah “ pertobatan,pengampunan dosa dan hidup yang kekal di dalam Tuhan Yesus Kristus”.Allah telah menyerahkan Yesus karena pelanggaran kita, dan membangkitkan Dia karena pembenaran kita ( Roma 4:25).Dengan demikian Tuhan telah mengalahkan kuasa dosa dan maut, dan membukakkan kita jalan menuju kehidupan baru (Roma 8:1-4). Karena itu, kita memperoleh pengampunan dosa ( Kol 1:13), kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah ( Roma 5:1), dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah ( Roma 5:2)

  1. Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Injil mengandung kekuatan Ilahi. Sebab Injil adalah Firman Allah. Kalau yang berbicara ialah Allah Yang Maha Kuasa, Firman-Nya mempunyai kekuatan. Firman itu berkumandang lalu terciptalah apa yang sebelumnya tidak ada ( Kej 1:3). Firman yang keluar dari mulut Tuhan Allah tidak akan kembali kepada-Nya dengan sia-sia, tetapi akan melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya ( Yer 23:29, Yes 55:11, Bdk Roma 4:21). Firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya ( Yes 40:8). Sebab Tuhan sendiri yang menjamin pelaksanaannya.
Hanya dengan iman kepada Kristus, manusia beroleh kasih karunia Allah yang memungkinkan dia dibenarkan dan beroleh hidup yang kekal. Maka tiada jalan lain selain percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat ( Bdk. Yoh 3:16, Yoh 1:12, Efesus 2:8-9, Titus 3:4-7 ) . Bagikan juga berita sukacita ini agar orang lain beroleh kasih karunia yang ajaib itu.
Soli Deo Gloria

Mencari Jalan Keluar

Mencari Jalan Keluar
Seekor anak kucing berlari dengan ketiga kakinya. Tiga kaki? Ya, karena salah satu kakinya tidak bisa tumbuh dengan sempurna. Malam itu, anak kucing tersesat dan mendapati bahwa jalan yang dilaluinya adalah jalan buntu. Anak kucing itu berada diantara hidup dan mati. Segerombolan anjing liar tengah memburunya.
Anak kucing semakin terjepit dan gerombolan anjing liar suah berada di depannya. Anak kucing hanya bisa pasrah dan mengeluarkan suara sedih. Anak kucing beranggapan bahwa dirinya akan mati saat itu juga.
Namun beberapa menit kemudian, saat taring-taring anjing liat hendak merobek tubuhnya, datang seorang gadis kecil yang menghalau geromobolan anjing liar itu. Dipungutnya kucing itu dan dibawanya pulang. Tak ada lagi ketakutan karena kini akan kucing itu berada di tangan orang yang tepat.
Apakah saat ini sudara sedang tersesat dan menemuai jalan buntu? Mungkin ada banyak persoalan yang membuat sudara tidak bisa bertahan hidup dan ingin semuanya berakhir? Percayalah karena Tuhan tidak akan membiarkan anak-anak-Nya celaka.
Saat kita dekat dengan Tuhan, sekalipun kita berada di tengah kesulitan, maka tepat pada saatnya nanti Tuhan akan turun tangan untuk menolong kita. Saat segala sesuatu tampak tidak mungkin, namun Allah sanggup membuatnya menjadi mungkin. Jalan keluar terbaik akan kita dapatkan saat kita berdiam dekat dengan Tuhan Yesus.
Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya
Amsal 2:7

Kamis, 18 Juli 2013

Domba Yang Baik


DOMBA YANG BAIK
(Bacaan Yohanes 10:1-21)
Tuhan menampilkan hubungan antara gembala dan domba sebagai gambaran hubungan antara diriNya dengan kita orang yang percaya, suatu hubungan yang sangat harmonis. Sebagai gembala yang baik, Kristus telah membuktikan kasihNya yang begitu besar kepada kita melalui pengorbananNya diatas kayu salib, demi kita Dia rela mati, Dia yang tak bersalah dijadikan bersalah oleh karena dosa kita(2 Korintus 5:21), sungguh suatu perhatian dan pengorbanan yang luar biasa. Kenapa Tuhan memakai domba sebagai kiasan bagi umat-Nya? ini menunjukkan betapa sangat lemahnya manusia, dan selalu dalam ancaman binatang buas (1 Petrus 5:8), demikian juga halnya dengan kita orang yang percaya. Sesungguhnya kita sangat lemah jika tanpa Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa–apa, tidak sanggup melawan dan menolak setiap godaan dosa (Yohanes 15:5),  Kita bagaikan seekor domba yang lemah dan tidak berdaya. Jadi artinya kita tidak bisa hidup terlepas dari pimpinan atau pengembalaan Tuhan. Oleh karena itu sebagai umat-Nya kita harus menjadi domba yang baik, domba yang baik memiliki Ciri khas  antara lain :
1.  Domba yang baik memiliki kepekaan untuk mendengar dan mengenal  suara dari gembalanya, Sama halnya dengan kita umat Tuhan, kita harus peka dengan suara Tuhan supaya kita tidak akan salah melangkah (Yoh 10:27), karena dunia ini penuh dengan berbagai pengajaran-pengajaran yang bukan dari Tuhan, maka dari itu kita sebagai domba yang baik harus mengenal dengan benar mana yang dari Tuhan atau sebaliknya mana yang bukan dari Tuhan agar kita tidak tersesat (Lukas 17:1), ingat firman Tuhan berkata ada jalan yang disangka orang lurus tetapi ujungnya menuju maut (Amsal 14:12). 
2. Mereka akan selalu setia mengikuti gembalanya. Domba yang baik akan mengikuti kemanapun gembalanya membawa mereka pergi, mungkin dibawah melalui jalan berliku – liku, di tebing yang curam, bahkan dijalan yang sangat tidak mereka sukai. Domba yang baik ia akan tetap setia mengikuti gembalanya karena ia percaya apapun yang terjadi pasti gembalanya akan menjaga dan menolongnya. Kitapun harusnya demikian dalam mengikuti Tuhan, kita harus tetap setia dan percaya. Jauhkan persungutan didalam diri kita dan percayalah Dia pasti merancangkan yang baik bagi kita dan Ia tidak pernah terlambat untuk menolong umatNya yang selalu berharap kepadaNya, karena rencana Tuhan tidak pernah sedikitpun gagal dan Ia tidak pernah berdusta. (Bil 23:19) 
3.   Domba yang baik akan tunduk dan taat kepada kehendak gembalanya. Sebagai umat Tuhan tidak jarang kita diperhadapkan dengan kehendak Tuhan yang berlawanan dengan kehendak kita sendiri, sehingga  kita tidak lagi mempercayai kuasa Tuhan dan akhirnya meninggalkan Tuhan. Contohnya : jikalau kita disakiti, rasanya kita ingin membalas setimpal dengan yang dilakukan orang lain kepada kita, tapi Tuhan menghendaki lain agar kita mengampuni dan melupakan kesalahannya, sebagai domba yang baik kita harus ikuti kehendak Tuhan, jika kita tidak mengikuti kehendak Tuhan maka kita akan menjadi pemberontak. (Roma 12:2, 1 Petrus 4:2).
 
Jadilah domba yang baik, yang tunduk sepenuhnya terhadap pimpinan serta pengaturan Tuhan, pasti kita dibawah Tuhan kepada berkat pemeliharaan-Nya yang sempurna. Haleluyah......
Doa: Tuhan! Engkaulah gembala kami yang baik, bentuklah kami sehingga menjadi domba yang baik, yang selalu setia dan taat kepadaMu dan biarlah kehendakMu yang jadi bukan kehendak kami. Amin.....!!