Kamis, 08 Oktober 2015
Senin, 22 Juli 2013
Pernikahan dan Keluarga Kristen : "Cerai ! bolehkah ?"
PERNIKAHAN DAN KELUARGA KRISTEN : “ CERAI ! BOLEHKAH ? “
“Dan
sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi
laki-laki, kalau ia tidak kawin, tetapi mengingat bahaya percabulan,
baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap
perempuan mempunyai suaminya sendiri. Hendaklah suami memenuhi
kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.
Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian
pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.
Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk
sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah
itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan
menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak “ ( 1 Korintus 7:1-5 )
Apa jalan keluar terbaik bagi pasangan suami istri yang konfliknya sudah memuncak ? Firman Tuhan dalam Matius 19:6 “….mereka
bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu apa yang telah dipersatukan
Allah, tidak boleh diceraikan manusia “ ( Mat 19:6).
Kalau begitu tidak perlu menikah, hidup bersama saja tanpa ikatan perkawinan, tanpa komitmen. Gaya
hidup seperti ini tidak sesuai dengan firman Tuhan. Di mata Tuhan
adalah dosa. Rasul Paulus berkata, daripada jatuh dalam dosa, lebih baik
menikah ( Bdk 1 Kor 7:2 ).
Ingatkah
dulu waktu anda belum punya pacar, setiap hari khawatir kapan mendapat
pacar ? Waktu anda sedang pacaran, anda selalu mennatikan kabar dari dia
dan hati anda selalu berbunga-bunga. Anda selalu menantikan saat
bertemu si dia.
Lalu
setelah menikah, masakan anda berkata : “ Ia sudah terlalu menyakiti
hatiku. Aku tak tahan lagi hidup bersama dia. Aku mau cerai saja ! “
Siapa
yang berhak memutuskan ikatan perkawinan ? Suami ? Atau istri ? Tidak
ada! Tak ada satupun manusia yang berhak memutuskan ikatan perjanjian
perkawinan. Rasul Paulus dalam 1 Kor 7:5 dengan tegas menulis, “
Janganlah kamu saling menjauhi,….” Tentunya hal ini berlaku untuk
pasangan yang diberkati di gereja yaitu bagi suami dan istri yang sudah
mengucapkan janji pernikahan di hadapan Allah dan di hadapan jemaat.
Pernikahan
kudus adalah ikatan perjanjian ( covenant ) seperti perjanjian Allah
dengan umat-Nya. Salah satu penyataan Allah kepada umat Israel
adalah “ Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah
memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku “ ( Yes 43:1 ).
Hanya
oleh karena anugerah-Nya pasangan suami istri (pasutri) dapat saling
memberi diri, saling menerima apa adanya, saling mengampuni, dan saling
menguduskan. Kalau anda sedang mengalami konflik dengan
pasangan hidup anda, berdoalah ! Mintalah kasih setia Allah memenuhi
kembali hati anda. Ingatlah Tuhan Yesus sudah memberi diri-Nya untuk
anda dan pasangan hidup anda. Anda dan dia adalah satu di dalam Tuhan.
Hai pasutri Kristen, janganlah sedetikpun berpikir untuk cerai. Tidak
ada kata “cerai” dalam kamus pernikahan Kristen !
Pernikahan
diciptakan sebagai hubungan yang permanen ( Bdk Kej 2;24, Mat 19:4).
Alkitab juga berkata bahwa perceraian adalah dosa dan dibenci Tuhan (
Mal 2:16 ).
Cobalah kita baca dan renungkan ayat Firman Tuhan dibawah ini :
“Sebab
Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel -- juga orang yang
menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam. Maka
jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!” ( Maleakhi 2:16 )
Perceraian
tidak berasal dari Allah dan tidak pernah direstui Allah baik melalui
para nabi maupun melalui para rasul. Perceraian terjadi oleh buatan
manusia dan karena kedegilan hati manusia. Umat Israel
yang seharusnya menjadi teladan bagi bangsa-bangsa lain justru gagal
dan meniru kebiasaan buruk dari bangsa kafir untuk mempraktekkan
perceraian di tengah-tengah umat Israel. Tuhan Yesus sendiri melarang perceraian dan pernikahan kembali setelah perceraian.
Membuat pernikahan menjadi lebih baik itu berarti menjauhkan diri dari pemikiran perceraian dari setiap pasangan Kristen. Perceraian bukan jalan yang terbaik dalam pemecahan permasalahan suami istri, melainkan penyelesaian dengan cinta kasih dari Kristus, dengan perdamaian dan usaha keras dari pasutri untuk menjaga pernikahan. Suami-istri harus berusaha menyelamatkan pernikahan dengan sedalam-dalam dan sesempurnanya. Pernikahan yang tetap berdasarkan Firman Allah akan tetap diberkati Allah. Kasih,
kesetiaan dan ketaatan terhadap Firman Allah akan melindungi pernikahan
Kristen dari segala pengaruh buruk dan kehancuran dari dunia yang
berdosa dimana orang percaya diutus. Oleh sebab itu keluarga Kristen
harus menolak perceraian dan pernikahan kembali.
Hidup Berpengharapan Di tengah Masa Sulit
“HIDUP BERPENGHARAPAN DI TENGAH MASA SULIT”
Renungan Firman Tuhan : 1 Petrus 1: 3-12 :”Terpujilah
Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar
telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang
mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,untuk menerima suatu bagian
yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang
tersimpan di sorga bagi kamu.Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah
karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk
dinyatakan pada zaman akhir.Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini
kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.Maksud semuanya
itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya
dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api -- sehingga kamu
memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus
menyatakan diri-Nya.Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu
mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak
melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak
terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan
jiwamu.Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang
telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu.Dan mereka
meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus,
yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang
segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang
menyusul sesudah itu.Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan
melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang
telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh
Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu
hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.
Apakah hidup kita sekarang lebih
baik daripada dulu ? Belum tentu,sekalipun kita hidup dengan teknologi dan ilmu
pengetahuan yang telah mengalami kemajuan luar biasa.Kenyataannya manusia masih
menghadapi pelbagai problema yang tidak ringan bahkan tidak sedikit yang tak
terpecahkan.Kelaparan,kemiskinan,peperangan,bencana alam dan masalah
kemanusiaan masih menjadi wajah kehidupan dunia saat ini. Begitu banyak tragedi
tak terhindarkan yang merenggut kehidupan dan membuat pedih hati kita.Adakah
iman kristiani kita dapat menjadi landasan kokoh untuk kita dapat bertahan di
tengah tragedi kehidupan ini ? Masih adakah pengharapan yang dapat dibagikan di
tengah dunia yang menderita ini ? Bahan renungan Firman Tuhan kita hari ini
memberikan inspirasi.motivasi dan kekuatan disaat-saat berat dan masa-masa
sulit.
- HIDUP BARU : Adalah alasan pertama untuk hidup yang berpengharapan.Terpujilah Tuhan yang telah menganugerahkan kehidupan baru bagi kita.Hidup baru adalah awal dari hidup yang mengalami keselamatan di dalam Kristus. Ini adalah kasih karunia dan anugerah Allah.Buah dari hidup baru itu adalah : kita memiliki hidup yang berpengharapan,warisan yang tidak dapat diambil dari kita,dan jaminan atas keselamatan kekal.Oleh karena itu kita ada dalam pemeliharaan Tuhan hingga akhir jaman. Abadi dan kekal.
- TUHAN MEMPUNYAI MAKSUD DENGAN PENCOBAAN YANG KITA ALAMI. Di ayat 1 Petrus 1: 6,kita memiliki dua kata yang kontras yaitu bergembiralah dan pencobaan.Kegembiraan orang Kristen umat yang percaya tidak tergantung pada situasi dan kondisi di sekitarnya.Hal yang menguatkan di tengah pencobaan kita adalah bahwa semua itu bersifat sementara.Semua itu terjadi untuk sebuah alas an,yakni untuk kebaikan kita.Iman kita akan teruji dan membuat kita sangat bernilai bagi kemuliaan Tuhan.Hidup dengan cara Tuhan pada masa-masa sulit adalah sebuah tantangan. Akan tetapi tantangan itu menjadi ringan karena berbagai berkat yang disediakan Tuhan Allah akan menguatkan kita..
Soli Deo Gloria
Sabtu, 20 Juli 2013
Kesaksiaan
KESAKSIAN BUDDHIST (BUDHA) MASUK KRISTEN : “IBU YEH”
( Diceritakan oleh : Pdt. I.M. Nordmo, Pemberita Injil di Tiongkok Utara)
Ibu Yeh dan suaminya adalah tokoh pimpinan agama Budha. Keduanya sangat
menguasai agama itu, bahkan belum ada duanya yang dapat menguasai agama
semacam itu saat itu. Selain itu mereka juga sangat setia dan
melaksanakan dengan benar ajaran agama itu. Agama Budha telah mereka
jalani selama bertahun-tahun. Untuk keahlian mereka ini mereka lalu
diangkat menjadi pimpinan agama dan berkedudukan sebagai pemuka bagian
dalam (orang-orang yang penting). Keduanya
bercita-cita ingin mencapai tingkat kebahagiaan dunia yang
setinggi-tingginya, dan menurut janji agama untuk mencapai tujuan itu,
mereka tidak boleh lalai menjalankan syarat agama yaitu dengan mantera
dan sedekah.
Suatu ketika, masyarakat digemparkan oleh adanya sesuatu
yang belum pernah mereka lihat. Sebuah kemah didirikan di depan sebuah
Kelenteng. Orang-orang kampung segera meninggalkan pekerjannya dan
menuju tempat itu. Mereka ingin tahu apa isi kemah itu. Biasanya kemah
semacam itu berisi macam-macam binatang untuk pertunjukkkan sirkus.
Namun kemah yang satu ini nampaknya lain sekali. Dalam kemah tidak ada
binatangnya. Yang ada adalah gambar-gambar yang dipasang di dinding
kemah. Diatas kemah ada bendera putih yang bertuliskan “ KEMAH KABAR KESUKAAN”.
Pengunjung ingin mengetahui apa arti dari tulisan ini ? Pastilah ada
arti yang sangat istimewa, mereka segera berjejal masuk mengamati lebih
dekat poster bergambar yang tergantung di dinding itu. Orang yang dapat
membaca menjelaskan kepada orang-orang yang tidak tahu membaca, bahwa
gambar itu adalah lambang kuasa dosa dan kegelapan atas manusia. Gambar
lain adalah lukisan orang yang disebut Yesus. Dan Yesus adalah
satu-satunya orang yang dapat membebaskan manusia dari belenggu dosa.
Yesus adalah anak Allah sedangkan orang yang mengajar di dalam kemah
menjelaskan tentang kuasa Yesus yang agung dan besar. Orang yang memberi
penjelasan ini disebut “ Pekabar Injil”.
Kini orang-orang yang berkerumun di depan kemah
dipersilahkan masuk, mereka akan diberi penjelasan lebih lanjut tentang
Yesus oleh si Pekabar Injil. Diantara orang-orang yang duduk di dalam
kemah terdapat ibu Yeh. Ibu Yeh berusaha menyembunyikan dirinya agar
tidak ketahuan orang-orang yang dikenalnya. Betapa malunya kalau ia
sampai ketahuan, bukankah masyarakat selama ini mengenalnya sebagai
pemimpin yang sangat dikagumi masyarakat ? Ia sengaja duduk diantara
petani-petani yang miskin, karena mereka kebanyakan tidak mengenal siapa
ibu Yeh itu. Dan ia akan merasa aman kalau orang-orang itu tidak
mengenalnya. Selama satu jam ia duduk di bangku yang keras dan
mendengarkan kotbah sang Penginjil, betapa ia merasa sangat bodoh,
ketika ia mendengar sang Penginjil menjelaskan tentang kesia-siaan kalau
mereka meneruskan penyembahan mereka kepada dewa-dewa. Dengan
berani Penginjil menjelaskan bahwa dewa-dewa adalah buatan manusia,
tidak dapat makan, minum dan bicara, karena ia cuma patung. Sedang para
imam mencari kesempatan untuk menambunkan perut mereka melalui
persembahan-persembahan rakyat.
“Bohong !” teriak hati ibu Yeh, ia marah sekali mendengar
tuduhan Penginjil itu. Ibu Yeh berusaha menekan kemarahannya, bibirnya
gemetar, tak tahan ia terlalu lama duduk di tempat itu. Heran, mengapa
Penginjil itu berkata sebodoh itu, ia toh sama dengan dia satu bangsa
yaitu ia seorang Tionghoa. Mengapa ia tak bisa menghargai hal-hal yang
baik dari sang Budha ? Ah..biar saja Budha menghukum dia, kata ibu Yeh
dalam hati. Selama
kebaktian berlangsung ia terus berdoa kepada sang Budha, ia berdoa agar
Penginjil yang sembrono itu mendapat kutukan dan hukuman dari sang
Budha, juga para dewa. Pastilah Penginjil itu sedang mabuk oleh
obat orang asing itu, oleh karena itu perkataannya bagai orang yang
tengah kehilangan ingatan.
Tanpa memperdulikan perasaan ibu Yeh, Penginjil terus saja
berkotbah : “ Saudara-saudara, kehidupan saya tidak kukuh sebelum
bertemu dengan Tuhan Yesus, sama dengan saudara-saudara saat ini”. Agama
Budha memberi pelajaran, bahwa hati manusia tidak seburuk yang
sebenarnya, kehidupan ini dapat kita hias, sehingga di waktu mendatang
dalam kehidupan lain kita akan mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi
dan lebih baik. Namun saudara-saudara harus tahu semua pelajaran ini
cuma semu dan tipuan, pelajaran ini membuat orang terlena dalam
dosa-dosanya. Ketika saya percaya Yesus, kepercaaan saya yang
lama habis terbakar bagai jerami kering yang dimakan habis oleh api
cinta kasih Yesus. Ibu Yeh tahu benar apa arti dari kiasan yang
dibawakan oleh pekabar Injil itu. Ia memakai jerami untuk memanaskan
ruang tempat tidurnya apabila musim dingin tiba. Benarkah kepercayaannya
dan agamanya dapat terbakar bagai jerami kering? Ia menjadi kecil hati,
hal ini tak boleh jadi, kata ibu Yeh dalam hatinya.
“Kita harus diperbaharui oleh kuasa Roh Allah”. Tsao nama
penginjil itu memperhatikan semua yang hadir lalu ia meneruskan
khotbahnya, “ Jangan saudara-saudara membiarkan kehidupan yang lama
berkembang tanpa tujuan “.“ Uh..apa itu hati yang baru ?” tanya ibu Yeh
dalam hati. Barangkali benar kata pimpinan agama Budha, orang kulit
putih itu telah membujuk orang-orang supaya masuk ke dalam bilik orang
kulit putih, lalu hati mereka diambil dan diganti dengan hati si kulit
putih. Orang kulit putih itu telah mengambil hati orang-orang Tionghoa
untuk obat. Mereka pandai menyihir orang sehingga banyak orang Tionghoa
mengikuti kemauan orang kulit putih, meraka diajak masuk bilik orang
kulit putih kemudian disihirnya mereka, tanpa sadar mereka dijadikan
umpan pembedahan agar hati mereka bisa diambil dan diganti dengan hati
yang baru yaitu hati sikulit putih. Dan ketika mereka sadar kembali,
mereka telah mempunyai hati yang baru, lalu mereka menjadi penganut
agama asing. Ini tidak mengherankan, karena hati mereka telah diganti
tanpa sadar.
Selesai kebaktian orang banyakpun pulang ke rumah mereka masing-masing. Keadaan mereka tidak menentu. Ada
yang kurang bereaksi, ada yang marah-marah. Namun tak sedikit juga yang
lalu memberikan respon secara positif, mereka lalu menghubungi
Penginjil minta penjelasan lebih lanjut tentang khotbah pak Penginjil.
Lalu orang-orang yang tak senang mendengarkan uraian si Penginjil
bermusyawarah akan mencegah kebaktian secara bersama-sama.
Sikap ibu Yeh juga sama dengan penentang-penentang lainnya. Ibu Yeh merasa dewa-dewa mereka telah dihina secara terang-terangan oleh si Penginjil.Namun
juga tak bisa disembunyikan ada peperangan kini dalam hatinya,
seolah-olah suatu kebenaran telah menyelinap dalam sanubarinya.
Perkataan Penginjil itu terus terngiang-ngiang di telingannya. Apa
sebenarnya yang tengah terjadi ? Kekuasaan sang Budha yang terpukul atau kenangan itu memberi peringatan pada dirinya ?
Ia tak boleh lemah dan menyerah pada pencobaan. Kalau ia menyerah, nama
yang selama ini dikagumi masyarakat, akan musnah. Bahkan untuk masa
mendatang ia tak akan lagi punya nama besar di mata masyarakat.
Ibu Yeh tidak mempunyai anak, bertahun-tahun ia dan suaminya
berdoa kepada dewa-dewa agar dikaruniai seorang anak lelaki, namun
doanya tidak pernah dijawab. Bahkan bertahun-tahun suaminya bertapa
minta kepada dewa kemakmuran, seorang anak lelaki, namun dewa kemakmuran
juga agaknya kurang mendengar permintaan kedua suami istri.
Salahkah doa mereka ataukah kurang persembahan yang
disajikan pada dewa-dewa itu, sehingga dewa-dewa tetap membisu dan tidak
memberikan jawaban atas doa-doa mereka ? Kalau begitu betulkah kata
sang Penginjil dalam renungannya kemarin, bahwa dewa-dewa itu buatan
manusia, terbuat dari batu atau kayu dan tak akan mungkin mereka bisa
menjawab persoalan mereka ?.
Ibu Yeh mulai ragu-ragu, ia merasa benar-benar sial, mana
yang harus dipercaya sekarang? Malam itu ibu Yeh tak bisa tidur,
berkali-kali ia membolak-balikkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan secara
terus bergantian, ia nampak sangat gelisah. Kata-kata si Pengkhotbah
terus mendengung dan tak mau berakhir. Suami ibu Yeh masih terus
mendengkur tak tahu akan pergumulan istrinya. Dan ketika suaminya
menarik nafas tinggi, ia tak tahan lagi, ia tak mau membiarkan
pikirannya terus kacau. Ia bangun dan
mengguncang tubuh suaminya sambil terus membaca mantera untuk
melenyapkan kegelisahan hatinya, ia menunggu sampai suaminya terbangun.
“Tadi siang aku pergi ke kemah. Disana
diceritakan tentang Yesus yang katanya Anak Allah. Dia katanya
satu-satunya jalan keselamatan yang dapat menyelamatkan manusia dari
segala dosa. Kalau kita tidak berhenti menyembah berhala serta tidak
menerima Yesus sebagai Juru Selamat, maka kita akan masuk neraka
selama-lamanya dan berkumpul dengan Iblis, kata-kata ini tidak dapat
kuenyahkan dari pikiranku, selalu saja mendengung di telingaku, aku tak
bisa tidur, kalau…..”
“Tidak ! Suaminya tersentak dari tidurnya dan merasa
terganggu ocehan istrinya, matanya menyala-nyala dan wajahnya merah,
kata-kata yang kasar menluncur dari mulutnya, sehingga ibu Yeh merasa
takut kepada suaminya “. Hem..jadi kau telah mendengar banyak pelajaran
orang asing terkutuk itu ya, itu pelajaran palsu dan penuh tipu
muslihat, pelajaran menghina dewa-dewa keluarga kita. Ini sangat merusak
bangsa Tionghoa , membunuh iman anak-anak. Orang dewasa terjebak dengan
jerat orang putih, mereka akan diperbudak dan harus mematuhi semua
perintah orang putih. Awas jangan kau ke sana lagi, Allah yang mereka ajarkan tidak sesuai dengan kebudayaan kita bangsa Tionghoa”.
Ibu Yeh membantah : “Tapi aku tak melihat orang kulit putih di sana, hanya ada orang Tionghoa yang berkata-kata tentang Yesus, malah orang itu tetangga kita sendiri yang datang dari kota Shangsien wilayah Shanyang. Semua penuh kebahagiaan, barangkali dalam agama kita ada kesalahan “.
“ Ah..sudah, jangan ngoceh tak karuan”.”Aku Cuma berpikir
dan mempelajari kebenaran kata-kata Tsao si Penginjil itu. Ia juga
menyinggung tentang penyiksaan diri, katanya tak ada gunanya menyiksa
diri semacam itu. Dalam Kristus ada damai yang membuat manusia bahagia”
Yeh yang tak mau lagi mendengar ocehan istrinya cepat menyambung
mimpinya, ia mendengkur dengan keras.
Fajar mulai menyingsing dari sebelah Timur, angin berhembus
menyentuh dedaunan menyajikan bunyi musik alami yang meninabobokkan
manusia yang terlena dalam buaiannya, sampai sentakan sinar surya lembut
membangunkan insan yang tengah teruai menyadarinya ditambah riuhnya
ayam jantan memberikan sahutan agar manusia terjaga dan menunaikan
kewajibannya, namun ibu Yeh yang tak bisa memicingkan matanya
semalam-malaman justru baru terlena pagi itu.
Suaminya memberi peringatan sedikit keras, agar ia tidak
lagi mengulang pergi ke tempat si Penginjil, nalurinya justru medorong
ia agar ia berjalan ke tempat itu. Dan keesokan harinyapun ia juga telah
duduk di bangku yang keras untuk mendengarkan kotbah Tsao (si
Penginjil). Batu yang keras itu tengah ditempa Allah, Roh Kudus terus bekerja mengikis kekerasan hati ibu Yeh.
Setelah beberapa kali ia mengikuti khotbah Penginjil itu, ia merasa
bahwa ialah manusia paling berdosa yang justru sangat membutuhkan belas
kasihan Allah, agar dirinya diselamatkan Allah. Dan sadar bahwa ia akan
binasa kalau ia tidak bertobat. Bertahun-tahun
ia mengabdikan diri pada berhala, beribu-ribu mantera telah dihafal,
ketekunannya terhadap ajaran filsafat Budha dan janji-janji tentang
jalan kehidupan yang telah diucapkan tidak dapat dilemparkan begitu saja
dari dirinya. Berminggu-minggu ia mengalami peperangan bathin, baru kemudian ia mengambil langkah positif untuk percaya pada Yesus.
Pada suatu sore yang indah tokoh Budha ini akhirnya
menyerahkan diri dibawah kaki Kristus dalam suatu kebaktian. Malaikat di
sorga bersukacita dengan adanya satu jiwa yang bertobat. Pertobatan ini menggemparkan penduduk sekitarnya.Mereka heran bagaimana mungkin tokoh Budha ini dapat menyangkali agamanya.
Suami ibu Yeh malu sekali. Namun dengan penuh kerendahan hati dan sabar
Ibu Yeh tetap memohon suaminya mau meninggalkan berhalanya dan datang
ke kaki Kristus. Ia mengingatkan suaminya, selama mereka mengabdi kepada
berhala, kehidupan mereka benar-benar muram. Dengan suara keras
suaminya menolak ajakan istrinya. Ia sadar hati istrinya telah diganti
dengan hati orang kulit putih. Hati agama Budha yang baik disingkirkan,
sehingga pendapatnya bahwa istrinya kini bukan lagi orang Tionghoa.
Istrinya mengatakan bahwa meja perjamuan yang terbuat dari
kayu yang indah itu harus dibuang, kalau itu dibuang, siapa yang akan
melindungi mereka dari serangan serigala, harimau dan bermacam-macam
penyakit? Pastilah dewa akan murka dan menghukum mereka, ladang akan
dibakar dan ayam mereka tidak akan bertelur lagi dan lembu mereka akan
mati semua, apa lagi nasib babinya nanti. Padahal babi itu menjadi
kebanggaan keluarga. Begitu takutnya suami ibu Yeh, ia takut akan malapetaka yang menimpa keluarganya karena menyangkali dewa-dewa.
Suami ibu Yeh juga bergumul, selama ini mereka tidak
dikaruniai seorang anak. Lagi pula di mata orang Tionghoa tidak
mempunyai anak menjadi cela yang besar, apa lagi saat istrinya menjadi
kacau pikirannya (hilang ingatan) inilah karena hati istrinya telah
diganti oleh si kulit putih dengan sihirnya yang ajaib itu. Rasanya
ingin ia menyiksa istrinya agar istrinya ingat kembali. Namun ia tak
sampai hati melakukan tindakan yang keji terhadap istrinya. Selama ini
istrinya sangat baik terhadap dia dan tak pernah dikecewakannya. Cuma
saja istrinya tak dapat memberinya anak laki-laki sebagai penerus
keluarga. Tak ada jalan lain bagi suami ibu Yeh, ia harus bersabar dan
menunggu saja apa yang bakal terjadi.
Tiga bulan lamanya masing-masing melakukan ibadah
sendiri-sendiri. Suami ibu Yeh tetap memuja berhalanya, sedang ibu Yeh
dengan tekun beribadah kepada Allah Juruselamatnya. Suaminya merasa aneh
melihat cara istrinya memuja Allahnya. Tak ada kertas-kertas yang
dibakar, tak ada sesajen disediakan, tak ada kemenyan yang dibakar bagi
dewa-dewa.,juga tak terdengar mantera-mantera yang diucapkan ataupun
dihafal. Kalau ia memuja Allah ia cuma berlutut dan menangis, namun
setelah itu wajahnya menjadi cerah sekali. Aneh ia berdoa sambil
menangis padahal tak ada yang disusahkan juga tidak ada kemarahan. Suatu
hari di rumah ibu Yeh terjadi keributan, karena babi kesayangan mereka
telah menghilang.
“Babi kita diterkam serigala “kata suami ibu Yeh panik. Ibu
Yeh hanya tersenyum melihat tingkah suaminya, “masakan bisa babi itu
diterkam serigala. Kan
sudah dijaga dengan ketat oleh dewa-dewa itu “goda istrinya”. Suaminya
terdiam, kata-kata istrinya ini cukup menepelak dia, ia menahan
kemarahannya. Ia benar-benar merasa tersudut dan untuk menghilangkan
kejengkelan hatinya ia pergi keluar rumah dan berjalan semaunya tanpa
arah tujuan. Sore hari ia pulang dengan lesu. Panas
hatinya mulai mereda. Ia melangkahkan kakinya menuju meja kecil tempat
dewa tanah bersemayam. Ia malu sekali dewanya dihina oleh istrinya
sendiri. Apa yang harus dibuat untuk membalaskan sakit hati dewanya terhadap kelakuan istrinya ini ? Ia menatap patung dewanya yang tak bergerak itu, patung itu tetap diam dan tak memperdulikan kehadirannya.
Kini terselip pertanyaan dalam hatinya, benarkah patung ini cuma buatan
manusia ? Tiba-tiba ia tersentak bagai orang yang baru terbangun dari
tidurnya. Bertahun-tahun ia membakar dupa dan kemenyan, dan puluhan
tahun ia membakar kertas di muka dewa-dewa itu. Namun nampaknya semua
yang pernah ia lakukan sia-sia saja. Dewa itu tetap membungkam dan tak
pernah menjawab doa-doa mereka. Apa sebenarnya yang disebut kebenaran oleh istrinya ? Dimana dapat diperoleh kebenaran itu ? Dimana
dapat diperoleh kebenaran itu ? Ah…ngelantur mengapa pikiran jadi
mengarah kepertanyaan semacam itu. Jangan-jangan sihir si kulit putih
telah mengenai dirinya.
Saat yang bersamaan istrinya
tengah berlutut di meja sembahyangnya di dapur, ia tengah memohon kepada
Allah Bapa di sorga agar suaminya juga bertobat dan percaya kepada
Allahnya, selain pokok doa khusus itu ia juga berdoa agar babinya
dikembalikan kepada mereka. Biarlah melalui hal ini suaminya
dapat berlutut di bawah kaki Allah. Doa yang sederhana dan dipanjatkan
dengan tulus ini menggerakkan hati Allah untuk segera bertindak. Selesai
berdoa ia menyongsong suaminya dengan senyum kasih dan ramah.
“Besok pagi Allah akan mengembalikan babi kita”
katanya tanpa ragu-ragu. Meskipun ia percaya akan kata-kata istrinya
namun ia malu mengakuinya, ..”Ah..sudahlah bu, pikiranmu sudah kacau,
lebih baik kau istirahat yang banyak biar pikiranmu tenang”. Ibu Yeh tak
mau membantah perintah suaminya, ia pergi tidur, namun di tempat tidur
ia tak putus-putusnya mengucap syukur kepada Bapanya di surga yang telah
berkenan memberikan ketabahan iman kepadanya. Ketika fajar menyingsing,
ibu Yeh terbangun lebih dahulu. Ia mendengar sesuatu di ladang, ya
itulah suara babinya. Allah benar-benar menjawab doanya, tepat seperti
janji-Nya bahwa pagi-pagi sekali babi itu akan kembali ke tempatnya. Ibu
Yeh dengan tak sabar membangunkan suaminya, “ Ayo bangunlah ! Babi kita
telah ada di ladang “. Suami yang belum bangun betul merasa terganggu
dengan sikap istrinya ini tanpa menoleh ia membentak istrinya, “Tidurlah
bu ! “Kau ini benar-benar sudah gila”.
“Ah..kamu, dengar dulu benar-benar, Allah telah mengirimkan
babi kita”. Kini suaminya mencoba mendengarkan apa yang ada di ladang.
Yah..nampaknya benar, ada suara seperti suara babi di ladangnya.
“Rasanya tak mungkin, apakah babi kita tidak dimakan serigala ?” Tidak,
Allah telah berjanji akan mengembalikan babi kita dalam keadaan baik”.
Suami istri segera bangun dan bergegas keluar, mereka ingin melihat dari
dekat keadaan babi mereka. Suaminya mendahului istrinya menuju tempat
babi itu. Apa yang dilihat di depannya bukan suatu khayalan, benar
babinya telah ada di sana
dalam keadaan baik. Ketika ia memeriksa seluruh tubuh si babi, ia tak
menemukan luka-luka besar bekas gigitan, hanya di bagian belakang
telinga saja ada setitik darah, nampaknya cuma lecet sedikit bekas
gigitan serigala, juga ada bekas gigitan di rahangnya. Melihat itu suami
ibu Yeh mulai mengerti kebenaran kata-kata istrinya. Yesus yang disembah istrinya itu adalah Allah Yang Benar dan Maha Kuasa. Apalagi
yang harus ia nantikan ? Kepercayaannya terhadap Allah istrinya mulai
bertumbuh subur. Ia akan mengambil keputusan menjadi pengikut Kristus. Dewa-dewa
yang lama tak boleh lagi bersemayam di hatinya, ia tak sudi lagi
mempersembahkan apa-apa bagi dewa-dewa itu, ia sadar bahwa dewa-dewa itu
cuma buatan manusia, dan tak punya kuasa apa-apa di hadapan Allah Yang
Hidup.
Di pagi yang cerah nampak kedua suami istri itu tengah membuat api unggun di ladangnya. Sampah-sampah
diangkut dari dalam pura dan semua berhala di taruh di atas sampah
termasuk kertas-kertas sembahyang dan buku-buku Budha. Suami ibu Yeh
sendiri membakar berhalanya, dengan demikian roh-roh jahat dalam
rumahnya terusir.
Kemenangan yang terjadi di bukit Golgota nampak agung dan mempengaruhi
seluruh pendalaman Tiongkok setelah hal itu terjadi kurang lebih dua
ribu tahun yang lalu.
Bekas pemuka agama Budha telah menjadi seorang Kristen yang
saleh. Seumur hidupnya yang ada dipakai oleh Tuhan. Keduanya tak
henti-hentinya menyaksikan nama Tuhan dan kuasa Tuhan Yesus diantara
suku bangsa mereka. Banyak pengikut Budha bertobat melalui kesaksian kedua suami istri ini.
Kurban kepada Allah dilakukan dengan tulus. Karena keduanya merasa
betapa besar kasih Allah terhadap keduanya. Allah pun sangat mengasihi
keduanya. Allah berkenan akan persembahan mereka. Teman-teman yang
beragama Budha tak dapat mengingkari lagi akan perubahan yang terjadi
dalam hidup mereka yang telah dilakukan oleh Tuhan.
Soli Deo Gloria
Taurat dan Injil
TAURAT DAN INJIL
“Jadi
bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain? Sama
sekali tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun
orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa, seperti
ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada
seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah.
Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada
yang berbuat baik, seorang pun tidak. Kerongkongan mereka seperti kubur
yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa.
Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah, kaki mereka cepat untuk
menumpahkan darah. Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan
mereka, dan jalan damai tidak mereka kenal; rasa takut kepada Allah
tidak ada pada orang itu." Tetapi kita tahu,
bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada
mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut
dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. Sebab tidak seorang pun
yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum
Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa” ( Roma
3:9-20 )
Tidak
ada seorang pun yang dapat menyatakan diri benar di hadapan Allah.
Bukan berarti bahwa manusia tidak pernah melakukan yang benar. Namun
kebenaran yang dilakukan manusia berdosa tidak dapat meraih perkenan
Allah. Rasul Paulus menegaskan berulang-ulang bahwa semua orang telah
berdosa ( Roma 3:10-12 ). Perhatikan pengulangan kata “tidak ada dan
“semua”, dimana sampai lima kali terulang “tidak ada”, dan “semua”
disela dua kali, yang menegaskan bahwa semua orang telah tercemar dosa.Dengan demikian Paulus sekali lagi menekankan kefasikan seluruh umat manusia (Bdk Roma 3:9).
Bukan saja secara umum, tetapi secara individu juga. Paulus juga
menggambarkan bahwa dari ujung rambut sampai ujung kaki manusia penuh
dosa (Roma 3:13-15).Mulai dari kerongkongan, lidah, bibir,mulut, sampai
kaki. Hati yang dicemari dosa ternyata mempengaruhi seluruh anggota
tubuh manusia hingga tercemar juga. Ini memperlihatkan bahwa manusia , sebagai individu, juga berdosa dan tidak dapat menyatakan diri layak berhadapan dengan Allah.
Tak hanya sampai disitu. Gambaran keberdosaan manusia itu dilanjutkan
Paulus dalam Roma 3:16-18, dengan klimaks ketiadaan rasa takut akan
Allah (Roma 3:18).
Taurat
yang dibanggakan oleh orang Yahudi pun ternyata tidak membuat mereka
hidup benar. Taurat sebagai standar kebenaran justru memperlihatkan
bahwa tak satu orang pun yang dapat memenuhi Hukum Taurat secara
sempurna sehingga dapat disebut benar dihadapan Allah. Alkitab
menyaksikan melalui Rasul Paulus, bahwa hukum Taurat gagal dan
memberikan jalan buntu untuk menyelamatkan dan memberikan hidup kekal
kepada umat manusia karena ketidakberdayaan daging. Hukum
Taurat berperan ganda, dimana disatu sisi hukum Taurat adalah baik,
rohani dan kudus. Tetapi oleh karena manusia yang sudah berdosa dan
ketidakberdayaan daging, kehadiran hukum Taurat justru menyuburkan dosa
(menjadi sekutu dosa) laksana api yang diberikan Oksigen ( Bdk Roma
3:20).
Bila begitu sulit menjalankan hidup yang berkenan di mata Allah, bagaimana manusia dapat lepas dari kebinasaan kekal ? Hanya dengan Injil ! Ya, hanya Injillah yang diperlukan oleh orang berdosa yang hidup di bawah murka Allah agar dapat mencapai jalan menuju Allah.
Bila Taurat memperlihatkan kegagalan manusia mencapai standar kebenaran
Allah, maka Injil memberi jalan kepada kasih karunia Allah melalui
Yesus Kristus.
Rasul Paulus menyatakan 2 hal mengenai Injil :
- Injil adalah “ kabar baik” tentang kemuliaan dan rahmat Allah yang inti isi beritanya adalah “ pertobatan,pengampunan dosa dan hidup yang kekal di dalam Tuhan Yesus Kristus”.Allah telah menyerahkan Yesus karena pelanggaran kita, dan membangkitkan Dia karena pembenaran kita ( Roma 4:25).Dengan demikian Tuhan telah mengalahkan kuasa dosa dan maut, dan membukakkan kita jalan menuju kehidupan baru (Roma 8:1-4). Karena itu, kita memperoleh pengampunan dosa ( Kol 1:13), kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah ( Roma 5:1), dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah ( Roma 5:2)
- Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Injil mengandung kekuatan Ilahi. Sebab Injil adalah Firman Allah. Kalau yang berbicara ialah Allah Yang Maha Kuasa, Firman-Nya mempunyai kekuatan. Firman itu berkumandang lalu terciptalah apa yang sebelumnya tidak ada ( Kej 1:3). Firman yang keluar dari mulut Tuhan Allah tidak akan kembali kepada-Nya dengan sia-sia, tetapi akan melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya ( Yer 23:29, Yes 55:11, Bdk Roma 4:21). Firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya ( Yes 40:8). Sebab Tuhan sendiri yang menjamin pelaksanaannya.
Hanya dengan iman kepada Kristus, manusia beroleh kasih karunia Allah yang memungkinkan dia dibenarkan dan beroleh hidup yang kekal. Maka
tiada jalan lain selain percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamat ( Bdk. Yoh 3:16, Yoh 1:12, Efesus 2:8-9, Titus
3:4-7 ) . Bagikan juga berita sukacita ini agar orang lain beroleh kasih karunia yang ajaib itu.
Mencari Jalan Keluar
Seekor anak kucing berlari dengan ketiga
kakinya. Tiga kaki? Ya, karena salah satu kakinya tidak bisa tumbuh
dengan sempurna. Malam itu, anak kucing tersesat dan mendapati bahwa
jalan yang dilaluinya adalah jalan buntu. Anak kucing itu berada
diantara hidup dan mati. Segerombolan anjing liar tengah memburunya.
Anak kucing semakin terjepit dan
gerombolan anjing liar suah berada di depannya. Anak kucing hanya bisa
pasrah dan mengeluarkan suara sedih. Anak kucing beranggapan bahwa
dirinya akan mati saat itu juga.
Namun beberapa menit kemudian, saat
taring-taring anjing liat hendak merobek tubuhnya, datang seorang gadis
kecil yang menghalau geromobolan anjing liar itu. Dipungutnya kucing itu
dan dibawanya pulang. Tak ada lagi ketakutan karena kini akan kucing
itu berada di tangan orang yang tepat.
Apakah saat ini sudara sedang tersesat
dan menemuai jalan buntu? Mungkin ada banyak persoalan yang membuat
sudara tidak bisa bertahan hidup dan ingin semuanya berakhir? Percayalah
karena Tuhan tidak akan membiarkan anak-anak-Nya celaka.
Saat kita dekat dengan Tuhan, sekalipun
kita berada di tengah kesulitan, maka tepat pada saatnya nanti Tuhan
akan turun tangan untuk menolong kita. Saat segala sesuatu tampak tidak
mungkin, namun Allah sanggup membuatnya menjadi mungkin. Jalan keluar
terbaik akan kita dapatkan saat kita berdiam dekat dengan Tuhan Yesus.
Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya
Amsal 2:7
Kamis, 18 Juli 2013
Domba Yang Baik
DOMBA YANG BAIK
(Bacaan Yohanes 10:1-21)
Tuhan menampilkan hubungan
antara gembala dan domba sebagai gambaran hubungan antara diriNya dengan kita
orang yang percaya, suatu hubungan yang sangat harmonis. Sebagai gembala yang
baik, Kristus telah membuktikan kasihNya yang begitu besar kepada kita melalui pengorbananNya
diatas kayu salib, demi kita Dia rela mati, Dia yang tak bersalah dijadikan bersalah oleh
karena dosa kita(2 Korintus 5:21), sungguh suatu perhatian dan pengorbanan yang luar biasa. Kenapa Tuhan memakai domba
sebagai kiasan bagi umat-Nya? ini menunjukkan
betapa sangat lemahnya manusia, dan
selalu dalam ancaman binatang buas (1 Petrus 5:8), demikian juga halnya dengan kita orang yang
percaya. Sesungguhnya kita sangat lemah jika tanpa Tuhan, kita tidak bisa
berbuat apa–apa, tidak sanggup melawan
dan menolak
setiap godaan dosa (Yohanes 15:5), Kita bagaikan seekor domba yang lemah dan
tidak berdaya. Jadi artinya kita tidak bisa hidup terlepas dari pimpinan atau
pengembalaan Tuhan. Oleh karena itu sebagai umat-Nya kita harus menjadi domba
yang baik, domba yang baik memiliki Ciri khas antara lain :
1. Domba yang baik memiliki kepekaan untuk
mendengar dan mengenal suara dari
gembalanya, Sama
halnya dengan kita umat Tuhan, kita harus peka dengan suara Tuhan supaya kita
tidak akan salah melangkah (Yoh
10:27),
karena dunia ini penuh dengan berbagai pengajaran-pengajaran yang bukan dari
Tuhan, maka dari itu kita sebagai domba yang baik harus mengenal dengan benar
mana yang dari Tuhan atau sebaliknya mana yang bukan dari Tuhan agar kita tidak
tersesat (Lukas 17:1), ingat firman Tuhan berkata ada jalan yang
disangka orang lurus tetapi ujungnya menuju maut (Amsal 14:12).
2. Mereka akan selalu setia mengikuti gembalanya. Domba yang baik akan mengikuti kemanapun gembalanya
membawa mereka pergi, mungkin dibawah melalui jalan berliku – liku, di tebing
yang curam, bahkan dijalan yang sangat tidak mereka sukai. Domba yang baik ia
akan tetap setia mengikuti gembalanya karena ia percaya apapun yang terjadi pasti
gembalanya akan menjaga dan menolongnya. Kitapun harusnya demikian dalam mengikuti
Tuhan, kita harus tetap setia dan percaya. Jauhkan persungutan didalam diri kita dan percayalah Dia pasti merancangkan yang baik bagi kita dan
Ia tidak pernah terlambat untuk menolong umatNya yang selalu berharap kepadaNya, karena rencana Tuhan
tidak pernah sedikitpun gagal dan Ia tidak pernah berdusta. (Bil 23:19)
3. Domba yang baik akan tunduk dan
taat kepada kehendak gembalanya. Sebagai umat Tuhan tidak
jarang kita diperhadapkan dengan kehendak Tuhan yang berlawanan dengan kehendak
kita sendiri, sehingga kita tidak lagi
mempercayai kuasa Tuhan dan akhirnya meninggalkan Tuhan. Contohnya : jikalau
kita disakiti, rasanya kita ingin membalas setimpal dengan yang dilakukan orang
lain kepada kita, tapi Tuhan
menghendaki lain agar kita mengampuni dan melupakan kesalahannya, sebagai domba
yang baik kita harus ikuti kehendak Tuhan, jika kita tidak mengikuti kehendak Tuhan maka
kita akan menjadi pemberontak. (Roma 12:2, 1 Petrus 4:2).
Jadilah
domba yang baik, yang tunduk sepenuhnya terhadap pimpinan serta pengaturan
Tuhan, pasti kita dibawah Tuhan kepada berkat pemeliharaan-Nya yang sempurna.
Haleluyah......
Doa: Tuhan! Engkaulah gembala kami yang baik, bentuklah kami sehingga
menjadi domba yang baik, yang selalu
setia dan taat
kepadaMu dan biarlah kehendakMu yang jadi bukan kehendak
kami. Amin.....!!
Langganan:
Komentar (Atom)


